B A B I
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN BELAJAR
Bagi kita yang
aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki hight responsibility tinggi
terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu mempertanyakan beberapa hal yang
terkait langsung dengan dunia pendidikan, yaitu apa itu belajar,megajar dan
pembelajaran? Apa sebenarnya belajar itu, sejak kapan manusia belajar, dan
bagaimana belajar terjadi? Secara sederhana Anthony Robbins, mendefenisikan
belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang
sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari defenisi ini dimensi
belajar memuat beberapa unsure, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal
(pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar
belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang
sudah ada dengan pengetahuan baru.
Defenisi belajar
secara lengkap dikemukakan oleh Slavin
(2000:141), yang mendefenisikan belajar sebagai:
Learning is usually defined asa change
in an individual caused by experience. Change caused by development (such as
growing taller) are not instance of learning. Neither are characteristics of
individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger
or pain). However, humans do so much learning from the day of their birth (and
some say earlier) that learning and development are inseparably linked.
Selanjutnya Slavin juga
mengatakan:
Learning
takes place in many ways. Sometimes it is intentional, as when student acquire information presented in a classroom or when they look
something up in the enclopedia. Sometimes it is unintentional, as in the case
of the child’s reaction to the needle. All sorts of learning are going on all
the time.
Berikut ini adalah
pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Menurut james O. Whittaker
(Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar
adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
2. Winkel, belajar
adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3. Cronchbach (Djamarah,
Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu
aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
4. Howard L. Kingskey
(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.
5. Drs. Slameto (Djamarah,
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
6.(Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful
Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan
tingkah laku
8. Herbart (swiss) Belajar adalah
suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya
dengan melalui hafalan.
9. Robert M. Gagne dalam buku:
the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human
disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not
simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling
berinteraksi.
10. Lester D. Crow and Alice Crow
(WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and
attitudes.Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim Purwanto (1992)
(WWW.Google.com) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
2.2 CIRI-CIRI BELAJAR
Ciri-ciri
belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap
(afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau
dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong
mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
1. Adanya dorongan rasa ingin tahu
2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia
didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai
aktualisasi diri.
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
8. Untuk mengisi waktu luang.
2.3
HAKIKAT MENGAJAR
Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang
serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari
sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap,
serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan
pertumbuhan siswa (Subiyanto, 1998 : 30). Cara mengajar guru yang baik
merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah
satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah jika siswa itu
dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indicator hasil
belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.
2.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan
pengertian belajar dan mengajar.Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi
bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru
lakukan di dalam kelas. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarahmenuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam konteks inilah kemudian diperlukan kurikulum atau pengetahuan apa
yang diinginkan siswa dan bagaimana cara yang efektif untuk mendapatkannya.
Bagaimana alur pembelajaran tersebut ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 1.1 Alur Proses Pembelajaran
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran
sebagai berikut :
1. merupakan upaya sadar dan disengaja
2. pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
2.5 PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan
kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)
Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan perihal mengajar,
segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman,
peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia,
1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa.Pengajaran juga diartikan sebagi
interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses
yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Pemelajar adalah
orang yang melakukan pengajaran. Pembelajar adalah orang yang melakukan
pembelajaran.
Perbedaan antara pengajaran dan
pembelajaran:
NO
|
Pengajaran
|
Pembelajaran
|
1
|
Dilaksanakan
oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
|
Dilaksanakan oleh
mereka yang dapat membuat orang belajar
|
2
|
Tujuannya
menyampaikan informasi kepada si belajar
|
Tujuannya agar
terjadi belajar pada diri siswa
|
3
|
Merupakan
salah satu penerapan strategi pembelajaran
|
Merupakan cara
untuk mengembangkan rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar.
|
4
|
Kegiatan
belajar berlangsung bila ada guru atau pengajar
|
Kegiatan
belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru
|
Tabel 1. Perbedaan
antara pengajaran dan pembelajaran
2.6 PRINSIP PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DAN ATWI SUPARMAN
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi
Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon
yang terjadi sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di
bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan
ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar
sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan
disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil
dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan
dasar yang lebih sederhana.
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi
informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang
maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi
dirinya untuk membuat respon yang benar.
Dalam buku Condition of Learning,
Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan
minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau
kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah
selesai mengikuti pelajaran.
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating
recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang
telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) :
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) :
memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa
agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ;
siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya
terhadap materi.
7. memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa
jauh ketepatan performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan
tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah
dipelajari.
2.7 DEFENISI PENALARAN
Berpikir merupakan kegiatan
mental yang setiap saat selama hidup kita lakukan, terutama dalam keadaan jaga
(tidak tidur) kita selalu berpikir. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita
timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata.
Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa
kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih
tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan,
dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir
vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi –
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran sebagai sebuah
kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis. Logis artinya bahwa proses berpikir ini
dilandasi oleh logika tertentu, sedangkan analitis mengandung arti bahwa proses
berpikir ini dilakukan dengan langkah-langkah teratur seperti yang
dipersyaratkan oleh logika yang dipergunakannya. Melalui proses penalaran, kita
dapat samapai pada kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori.
Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis
berdasarkan fakta yang relevan. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk
menarik kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan aturan tertentu.
2.8 MODEL PEMBELAJARAN
Sebelum kita membahas
tentang model pembelajaran,terlebih dahulu kita kaji apakah yang dimaksud
dengan model? Secara kaffa model
dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untu sebuah
bentuk yang lebih komprehensif. Dalam matematika kita juga mengenal istilah model matematiaka yaitu sebuah model
yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematika, seperti ketetapan
(konstanta), variable, fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya.
Sebagai contoh, model matematika gerak parabola, model matematika gerak jatuh
bebas dan sebagainya.
Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, computer, kurikulum dan lain-lain.
Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode aau prosedur. Model
pengajaran mampunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode, atau prosedur. Cirri-ciri tersebut ialah:
1)
Rasional teoretis
logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2)
Landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan
dicapai);
3)
Tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan
4)
Lingkungan belajar
yang dilakukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan
Nur,2009:9)
Jenis-jenis model
pembelajaran
Menurut Sugiyanto (2008:
7) jenis-jenis model pembelajaran diantaranya (1) model pembelajaran
kontekstual; (2) model pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran kuantum; (4) model pembelajaran
terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah.
1. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk mengkaitkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa selain itu juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
3. Model Pembelajaran Kuantum
Prinsip kuantum
adalah semua berbicara - bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus
dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi kuantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku), alami dengan
dunia realitas siswa, namai, buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan
melalui presentasi, komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab, latihan, rangkuman,
dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
4. Model Pembelajaran Terpadu
Pengajaran
terpadu pada dasanya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata
pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi
pelajaran disajikan tiap pertemuan.
5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik
dengan maksud untuk menyusun pengertahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandiran dan
percaya diri.
Dari beberapa model pembelajaran diatas, penulis
memilih model pembelajaran CTL
(contextual teaching learning) dalam judul makalah “Penerapan Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan CTL (contextual teaching learning) Sebagai Upaya
Peningkatan Penalaran Logis Siswa”
2.9 PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING )
Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat
berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini
mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif
maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga
Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri dengan
negara-negara yang sudah maju tersebut
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia,
sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi, menuju
arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik atau murid
Dari beberapa model pembelajaran, ada model
pembelajaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan penalaran siswa yaitu
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada dasarnya,
pembelajaran CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang
menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari siswa. Dalam pembelajaran ini siswa harus dapat mengembangkan
ketrampilan dan pemahaman konsep matematika untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian penggunaan model pembelajaran CTL
perlu diberikan oleh guru dalam proses belajar, agar dapat mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Belajar dengan model pembelajaran CTL akan mampu
mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta
mengambil keputusan secara objektif dan rasional. Disamping itu juga akan mampu
mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis. Karena itu siswa
harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan mandiri.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL)
diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan
siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan
menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,
mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap
diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan
rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendekatan CTL itu memang bukan barang baru.
Penelitian mengenai pengajaran kontekstual kali pertama digulirkan John Dewey
(1916). Ketika itu Dewey menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika
apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan terjadi disekelilingnya.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran
yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata,
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya
dengan kehidupan mereka. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan
konsep-konsep mater pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan
nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih
baik dan mudah. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yangsedang
dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan factor kebutuhan individual siswa dan
peran guru. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siwa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.Sesuatu yang baru
itu didapat dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami
makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya. Contextual Teaching and Learning (CTL)
disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Contextual teaching and learning (CTL)sebagai suatu
pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas –asas ini yang melandasi
pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Ketujuh asas
tersebut antara lain:
1.Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.Oleh sesbab itu pengalaman terbentuk oleh dua factor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek tersebut. Konsep Konstruktivisme,ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.Oleh sesbab itu pengalaman terbentuk oleh dua factor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek tersebut. Konsep Konstruktivisme,ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
2.Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.Dengan demikian dalam proses perencanaan,guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,akan tetapi meransang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.Dengan demikian dalam proses perencanaan,guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,akan tetapi meransang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
3.Bertanya
Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
4.Masyarakat belajar
Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
4.Masyarakat belajar
Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari
kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.Biarkan dalam kelompoknya mereka
saling membelajarkan,yang cepat didorong untuk membantu yang lambat belajar.
Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi
sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat
berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan
kelas di atasnya, bekerja dalam masyarakat.
.
5.Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing.guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan lain sebagainya. Dalam konsep Pemodelan ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
5.Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing.guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan lain sebagainya. Dalam konsep Pemodelan ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
6.Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7.Penilaian nyata
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7.Penilaian nyata
Penilaian nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa.Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang
positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian
nyata (otentik), prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,
ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada;
pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan
pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak
hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
2.10 STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Kurikulum dan instruksi yang berdasarkan strategi pembelajaran
kontekstual haruslah dirancang untuk merangsang 5 (lima) bentuk dasar dari
pembelajaran:
v
Menghubungkan (relating )
Relating adalah belajar dalam suatu
konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum pengetahuan itu
diperoleh siswa. Guru menggunakan relating ketika mereka mencoba menghubungkan
konsep baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.
v
Mencoba (experiencing)
Pada experiencing mungkin saja mereka
tidak mempunyai pengalaman langsung berkenaan dengan konep tersebut. Akan
tetapi, pada bagian ini guru harus dapat memberikan kegiatan yang hands-on
kepada siswa sehingga dari kegiatan yang dilakukan siswa tersebut siswa dapat
membangun pengetahuannya.
v
Mengaplikasi (applying)
Strategi applying sebagai belajar
dengan menerapkan konsep-konsep. Kenyataannya, siswa mengaplikasikan
konsep-konsep ketika mereka berhubungan dengan aktivitas penyelesaian masalah
yang hands_on.
v
Bekerja sama (cooperative)
Bekerja sama –belajar dalam konteks
saling berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan pelajar lainnya adalah
strategi instruksional yang utama dalam pengajaran kontekstual.
v
Transfer ilmu (transfering)
Transferring adalah strategi mengajar yang
kita defenisikan sebagai menggunakan pengetahuan dalam konteks baru atau stuasi
baru suatu hal yang belum teratasi atau diselesaikan dalam kelas.
Secara umum pembelajaran kontekstual ( CTL) memiliki beberapa tujuan,
yaitu:
v Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainnya.
v Model
pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman
v Model
pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
v Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis
dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
v Model
pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
v Model
pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas
yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari
v Tujuan
pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan
dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi
itu miliknya sendiri.
Pengajaran dan
pembelajaran kontekstual (teaching and learning) memiliki kelebihan dan
keunggulan, yaitu:
a. Kelebihan
·
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
·
Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
b. Kelemahan
·
Guru lebih intensif dalam membimbing karena
dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
·
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
2.11 GEOMETRI
Salah satu cabang dari Matematika adalah Geometri.Geometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu geo yang artinya bumi dan metro yang artinya
mengukur.Geometri adalah cabang Matematika yang pertama kali diperkenalkan oleh
Thales (624-547 SM) yang berkenaan dengan relasi ruang.Dari pengalaman, atau
intuisi, kita mencirikan ruang dengan kualitas fundamental tertentu, yang
disebut aksioma dalam geometri. Aksioma demikian tidak berlaku terhadap
pembuktian, tetapi dapat digunakan bersama dengan definisi matematika untuk
titik, garis lurus, kurva, permukaan dan ruang untuk menggambarkan kesimpulan
logis.(1)
Menurut Novelisa Sondang (2) bahwa “Geometri menjadi salah satu ilmu
Matematika yang diterapkan dalam dunia arsitektur; juga merupakan salah satu
cabang ilmu yang berkaitan dengan bentuk, komposisi, dan proporsi.”Muhamad
Fakhri Aulia (3) menyebutkan bahwa geometri dalam pengertian dasar adalah
sebuah cabang ilmu yang mempelajari pengukuran bumi dan proyeksinya dalam
sebuah bidang dua dimensi.
Alders (1961) menyatakan bahwa ”Geometri adalah salah satu cabang
Matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang
beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya, dan hubungannya antara yang satu
dengan yang lain.”
Dari beberapa definisi Geometri di atas dapat disimpulkan bahwa Geometri
adalah salah satu cabang Matematika yang mempelajari tentang bentuk, ruang,
komposisi beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungan antara yang
satu dengan yang lain.
Geometri Sulit?
Di bangku sekolah dasar maupun menengah seperti, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
atau SMK/MAK, materi geometri tidak diajarkan secara khusus, namun materi itu
ada dalam satu kesatuan mata pelajaran matematika. Nah, dalam kurikulum
matematika yang membahas mengenai geometri adalah pada bagian yang membahas
mengenai bentuk, bangun ruang, sudut dan sebagainya sebagaimana yang sudah
disampaikan di atas.Jika kita sedang mempelajari Dimensi 3, yang meliputi
balok, kubus, volume dan sebagainya, berarti kita juga sedang mempelajarai geometri.Pada
pokok bahasan inilah (Dimensi 3, red) seorang guru biasanya mengalami kesulitan
untuk menjelaskannya kepada siswa.Mengapa?Kerena materi ini membutuhkan
kemampuan visualisasi siswa yang relative tinggi.Sebagai contoh ketika siswa
menjumpai soal dimensi 3 dimana siswa diminta untuk mencari panjang garis yang
menghubungkan titik tengah 2 diagonal ruang suatu balok.Jika tidak ada alat
peraga atau media pembelajaran, tentu tidak semua siswa mampu
memvisualisasikannya.Nah, saat itulah para siswa dituntut untuk membayangkan
sebuah bangun agar bisa memecahkan soal. Tidak hanya masalah kemampuan
memvisualisasikan, namun juga pemahaman siswa akan istilah rusuk dan rangkan
juga ternyata bermasalah. Ini dialami oleh para siswa di tingkat pendidikan
dasar. Sebagaimana disampaikan oleh Wahyu Setiawan (1996 :4-5) bahwa daya serap
siswa kelas IV Sekolah Dasar terhadap konsep-konsep volume rendah. Selain itu
Soedjadi (1995) juga mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami
miskonsepsi, misalnya ”siswa menyebut rusuk pada bangun ruang merupakan rangka
yang menopang tubuh”.
Mahasiswa di jenjang pendidikan tinggi pun ternyata juga mengalami
kesulitan dalam memahami materi.Ini diindikasikan dengan rendahnya prestasi
belajar geometri mahasiswa. Seperti yang terjadi di prodi pendidikan matematika
suatu universitas. Prosentasi kelulusan mahasiswa universitas tersebut dalam
mengikuti perkuliahan geometri hanya mencapai ± 55 % – 65 %, dan sebagian besar
yang lulus mendapat C. Prosentasi ini relatif rendah dibandingkan mata kuliah
yang lain. Ini menjadi salah satu indikator bahwa materi Geometri memang
relatif sulit untuk dipelajari.
Alternatif Solusi?
Sebagai guru Matematika, tentu kita berusaha keras agar sesulit apapun
materi matematika, siswa mampu memahaminya dengan mudah.Berbagai alat peraga
atau media pembelajaran serta metode pun diterapkan di kelas agar kompetensi
dasar dapat tercapai secara tuntas.
Dewasa ini kita mengenal adanya alat peraga tiga dimensi yang bisa
memvisualisasikan secara gamblang bagaimana wujud tiga dimensi beserta
sudut-sudut yang ada di dalamnya.Misal bangun kubus atau balok yang kita buat
dari kertas karton. Namun kelemahan dari alat peraga ini, kita tidak akan mampu
melihat titik sudut yang ada di dalam balok atau kubus tersebut. Dan ketika ada
soal yang menghendaki besarnya sudut yang diapit oleh dua garis diagonal ruang,
maka tidak banyak siswa yang mampu memvisualisasikannya jika menggunakan alat
peraga ini.Kecuali jika kubus atau balok itu dalam keadaan terbuka.
Di samping alat peraga yang terbuat dari kertas, ada juga alat peraga
bangun ruang yang terbuat dari kaca, atau bahan seperti mika. Tentu ini akan
sangat membantu siswa untuk bisa memvisualisasikan besarnya sudut yang diapit
oleh dua diagonal ruang.
2.12 PENERAPAN CTL DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI
Seperti diketahui bersama bahwa pada prinsipnya
kegiatan pembelajaran meliputi tiga
tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Demikian
pula pada pembelajaran dengan menerapkan model CTL, terlebih dahulu harus
mempersiapkan perencanaan pembelajaran
yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau satuan
pelajaran (Satpel) yang dikembangkan
dari silabus pembelajaran. Komponen-komponen RPP model CTL sama halnya dengan
RPP pada umumnya, hanya pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dikembangkan asas-asas CTL. Pada tahap
ini, dipersiapkan pula media atau alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan
tahap perkembangan siswa.
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan atau proses
pembelajaran yang merupakan aplikasi
dari rencana pembelajaran. Di sinilah dituntut peran guru yang
profesional dalam menerapkan seluruh isi pesan rencana pembelajaran. Peran guru
dalam CTL adalah sebagai manajer yang berperan menciptakan iklim belajar yang
kondusif, sebagai konselor yang senantiasa memberi bimbingan, sebagai motivator yang selalu
memberi semangat dan dorongan kepada siswa untuk berkembang dalam belajar, mediator sebagai
perantara atau menjembatani untuk menemukan
keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya, dan
sebagai fasilitator yaitu memberikan
fasilitas atau kemudahan bagi siswa dalam mempelajari konsep-konsep yang sedang
dibahasnya.
Penilaian dalam model CTL menurut Sanjaya (2006)
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara
terus menerus selama kegiatan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran tidak
hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan kognitif saja, tetapi perkembangan
seluruh aspek termasuk aspek afektif dan psikomotor. Dengan demikian tahap
penilaian pada model CTL tidak saja hanya dalam bentuk tes, juga dalam bentuk
non tes seperti skala sikap, observasi,
wawancara, catatan anekdot, dan sebagainya untuk mengetahui perkembangan
belajar yang dilakukan siswa.
2.13 TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN GEOMETRI MENURUT TEORI VAN HIELE
1. TAHAP 0 (VISUALISASI)
Tahap ini juga dikenal dengan tahap dasar, tahap rekognisi, tahap
holistic, dan tahap visual. Pada tahap ini siswa mengenal bentuk-bentuk
geometri hanya sekedar berdasar karakteristik visual dan penampakannya. Siswa
secara eksplisit tidak terfokus pada sifat-sifat objek yang diamati, tetapi
memandang objek yang sebagai keseluruhan. Oleh karena itu, pada tahap ini siswa
tidak dapat memahami dan menentukan sifat geometrid an karakteristik bangun
yang ditunjukkan.
2. TAHAP 1 (ANALISIS)
Tahap ini juga dikenal dengan tahap deskriptif. Pada tahap ini sudah
tampak adanya analisis terhadap konsep dan sifat-sifatnya. Siswa dapat
menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran,
eksperimen, menggambar dan membuat model. Meskipun demikian, siswa belum
sepenuhnya dapat mejelaskan hubungan antara sifat-sifat tersebut, belum dapat
melihat hubungan antara beberapa bangun geometrid an defenisi tidk dapat
dipahami oleh siswa.
3. TAHAP 2 (DEDUKSI INFORMAL)
Tahap ini juga dikenal dengan tahap abstrak, tahap abstrak/ rerasional,
tahap teoritik, dan tahap keterkaitan. Pada tahap ini siswa sudah dapat melihat
hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometrid an sifat antara beberapa
bangun geometri. Siswa dapat membuat defenisi abstrak, menemukan sifat-sifat
bangun ruang dengan mengguakan deduksi informal dan mengklasifikasikan
bangun-bangun secara hirearkis.
4. TAHAP 3 (DEDUKSI)
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap deduksi formal. Pada tahap ini siswa
dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti. Siswa dapat menyusun
teorema dalam system aksiomatik. Pada tahap ini siswa berpeluang untuk
mengembangkan bukti lebih dari satu cara.
5. TAHAP 4 (RIGOR)
Pada tahap ini siswa bernalar secara formal dalam system matematika dan
dapat menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma dan defenisi. Saling
keterkaitan antara bentuk yang tidak terdefenisikan, aksioma, defenisi, teorema
dan pembuktian formal dapat dipahami.
2.14 MATERI SINGKAT
KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG
Bagian
–bagian yang membentuk bagun ruang adalah titik, garis, dan bidang. Ketiga
bagian ini (titik, garis, bidang) dinamakan sebagai unsure ruang. Dalam pasal
ini akan dikaji kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang. Kajian diawali
dengan membahas pengertian titik, garis dan bidang.
A. PENGERTIAN
TITIK, GARIS DAN BIDANG
1.
Titik
Sebuah titik hanya dapat ditentukan
oleh letaknya, tetapi tidak mempunyai ukuran. Sebuah titik digambarkan dengan
menggunakan tanda noktah, kemudian dibubuhi dengan nama titik itu. Nama sebuah
titik biasanya menggunakan huruf capital sperti: A,B,C dll.
|
|
2.
Garis
Sebuah garis (dimaksudkan garis
lurus) dapat diperpanjang sesuai dengan kehendak kita. Namun mengingat
terbatasnya bidang tempat gambar, maka sebuah garis hanya dilukiskan sebagian
saja. Bagian dari garis ini disebut wakil garis. Garis hanya memiliki ukuran
panjang, tetapi tidak mempunyai ukuran lebar. Nama dari sebuah garis dapat
ditentukan dengan menyebutkan nama wakil garis itu dengan memakai huruf kecil
g,h,j,k dll.
|
||||
3.
Bidang
Sebuah bidang (dimasudkan adalah
bidang datar) dapat diperluas seluas-luasnya. Pada umumnya, sebuah bidang hanya
dilukiskan sebagian saja yang disebut dengan wakil bidang. Wakil suatu bidang
mempunyai dua ukuran, yaitu panjang dan lebar. Gambar dari wakil bidang dapat
berbentuk persegi atau bujur sangkar,persegi panjang, atau jajaran genjang.
Nama dari wakil bidang dituliskan didaerah pojok bidang dengan memakai huruf H,
U,V,W atau dengan menyebutkan titik-titik sudut dari wakil bidang itu.
|
||||||||||
|
||||||||||
|
|
|||||||||
B.
KEDUDUKAN TITIK TERHADA GARIS DAN TITIK TERHADAP BIDANG
1.
Kedudukan Titik Terhadap Garis
Titik Terletak Pada Garis
Jika titik A dilalui oleh garis g,
maka titik A dikatakan terletak pada garis g
|
||||
Titik di Luar Garis
Jika titik B tidak dilalui oleh garis
h, maka titik B dikatakan berada diluar garis h
|
||||||
2.
Kedudukan Titik Terhadap Bidang
Titik teretak pada bidang
Jika titik A dapat dilalui oleh bidang α maka dikatakan titik A terletak
pada bidang α.
Titik
diluar bidang
Jika titik B tidak dapat dilalui
oleh bidang β maka dikatakan titik B berada diluar bidang β.
|
||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar