CINTA. Mana yang paling dahsyat? Ledakan percobaan nuklir bawah tanah, atau dentuman saat pesawat ulang-alik lepas landas, atau sorak-sorai milyaran
penduduk
dunia saat melewati jam 12 tengah malam tanggal 31 Desember? Tak ada kekuatan
yang lebih dahsyat daripada CINTA.
Para ahli psikologi
sepakat bahwa kebutuhan paling mendasar manusia adalah mencintai dan dicintai.
Cinta bisa menjadi daya dorong bagi seseorang untuk berprestasi, memotivasi
perilaku yang luhur, atau mengakibatkan sepasang muda-mudi bertingkah konyol.
Cinta memberi arti pada kemanusiaan, menimbulkan harapan dan tujuan hidup.
Bahkan ada yang menyerahkan segalanya demi orang yang dicintainya.
Kalau cinta begitu menakjubkan, mengapa cinta kasih
menjadi langka di dunia kita ini? Mengapa justru ada begitu banyak kebencian?
Jawabnya sederhana. Cinta sejati lebih dari sekedar perasaan romantis. Kasih
sejati melampaui perasaan pribadi yang gelisah, jantung yang berbunyi dag-dig-dug... dan mulut yang gampang
berkata: “ai lap you” (i love you). Cinta sejati adalah sebuah keputusan atau
pilihan yang harus diambil. Pertunjukan terbesar dari cinta sejati adalah saat
orang menyerahkan hidupnya bagi orang yang dicintainya.
“Ada seorang ibu yang tetap mengasihi
anaknya sekalipun anak itu selalu menghinanya lantaran ibu itu tidak memiliki
daun telinga, padahal daun telinganya telah didonorkan bagi si anak itu saat ia
lahir tanpa daun telinga”
Tuhan melakukannya juga bagi kita. Bahkan sebelum
kita lahir, Dia sudah menyerahkan putra-Nya, Yesus, untuk mati disalib
menggantikan hukuman dosa-dosa kita. Kasih sejati suka memberi, tidak egois,
bahkan rela berkorban. Tanpa syarat cinta diberikan pada orang yang dicintai.
Cinta kasih sejati hanya berasal dari Tuhan, sebab
pada dasarnya Tuhan adalah kasih. Tatkala manusia berontak kepada Tuhan dan
menciptakan aturan-aturan serta nilai-nilai sendiri sesuai hasrat hatinya,
kemudian menolak wewenang Tuhan. Mereka kehilangan sumber utama dari kasih yang
sejati, yaitu Tuhan sendiri. Saat itu, kegiatan-kegiatan
agamawi pun menjadi tanpa arti.
Jadi, saat terpisah dari sumbernya, cinta berubah
menjadi bersifat sementara, tidak abadi lagi. Ia menjadi egois dan penuh
tuntutan, mencari keuntungan diri sendiri, bukan demi kebaikan yang dicintai.
Ia bersifat merampas bukan memberi. Namun, saat kita terhubung kembali dengan
Tuhan, maka kasih-Nya menyanggupkan kita mengasihi orang-orang lain seperti Dia, bukan cenderung mencintai yang mengasihi kita saja. Bahkan
mencintai mereka yang memusuhi kita. Kita mengasihi tanpa menuntut harapan atau
balasan apapun. Kasih Tuhan suka memberi dan memaafkan. Kasih-Nya tak
berubah-ubah, dapat diandalkan dan abadi. Kasih sejati bersifat komplit dan
memuaskan kebutuhan hidup kita yang paling dalam.
Jenis cinta ini gratis dan selalu tersedia bagi siapapun dan kapan pun. Kita hanya perlu datang kepada Tuhan di
dalam Yesus Kristus, lalu cinta kasih sejati itu akan mengalir secara
leluasa, keluar-masuk melalui hati kita bagi siapapun yang ada kontak dengan
hidup kita.
Terinspirasi
dari :
Cinta
Sejati Allah Yang Mengorbankan Anak-Nya
untuk orang-orang yang dikasihi-Nya.
Published
by : Mez Bbn